Kamis, 18 Februari 2010

KONSEPSI ILMU BUDAYA MENGENAI TRAGEDI KARBALA “SYAHIDNYA CUCU KESAYANGAN NABI“

1. Mengenai bidang sosial,politik, pendidikan dan Agama.

Visi al-Husain tidak lain adalah demi menegakkan agama Allah, menegakkan keadilan.  Pada saat itu banyak ketidak adilan yang  di lakukan pemerintahan kepada rakyat, sehingga banyak kaum mustadáfin –mustadáfin yang bermunculan. Agama diberi makna sesuai dengan kehendak penguasa. Sayidina Husain Ibn Ali Ibn Abi Tholib berangkat dan gugur di Karbala untuk meletakkan dasar-dasar kemanusiaan, keturunan,kekayaan, dan kepandaian.
    
    Beliau menulis surat wasiat beliau kepada Muhammad bin Hanafiyah:
“Aku keluar bukan karena kesombongan dan  keangkuhanku, bukan juga karena untuk melakukan kedzaliman maupun kerusuhan . Aku berangkat untuk menimbulkan perbaikan dalam tubuh umat. Aku ingin melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Aku ingin mengikuti perjalanan hidup ayahku Ali bin Abi Tholib.“

    Dari surat wasiat tersebut tampak jelas visi sosial, politik, pendidikan dan visi-visi suci lainnya akan keberangkatan beliau ke Karbala.

Anne Marrie Schimmel , seorang ahli sejarah saat berpidato di depan Presiden dan anggota parlemen Berlin ,yang isinya memperingatkan para penguasa dunia barat untuk tidak perlu mengajari kaum muslimin tentang Hak Asasi Manusia. Sejarah Islam adalah sebuah perjalanan panjang untuk menentang tirani dan otokrasi. Wanita itu menyelipkan kisah pengorbanan Sayyidina Husain di Karbala. Inilah contoh pengorbanan besar dari seorang cucu Nabi SAW, untuk menegakkan pemerintahan yang adil dan beradab.

Beliau AS adalah pendidik yang sukses . Dalam kesyahidan beliau AS  dan yang ikut serta bersamanya, terdapat  sebuah tauladan yang baik untuk terus dicamkan. Ia menghidupkan semangat keberanian dan kegigihan,kesatria, dan terutama semangat Ilahiah, diantara orang-orang yang telah kehilangan semua itu.

Dalam perspektif  Agama Setiap muslim wajib menegakkan ma’ruf dan mencegah kemungkaran. Jihad adalah ibadah tertinggi bagi seorang muslimin. Keberangkatan beliau sempat dicegah oleh beberapa anggota keluarganya.Namun demi tegaknya Dienullah , beliau pergi lillahi Taála.

2. Konsepsi IBD mengenai ketentraman dan kegelisahan  ,                                                                penderitaan  serta harapan dalam kehidupan manusia.
Ummu Salamah RA sempat melarang keberangkatan Husain AS  dengan menyampaikan  sabda Rasulullah tentang  akan terbunuhnya Sayyidina Husain di Karbala, namun beliau AS justru mengatakan,“Ya Ummah, jika aku tidak berangkat hari ini, aku akan berangkat besok.Jika tidak besok, maka esoknya lagi aku akan berangkat. Demi Allah, kematian tidak dapat dihindari. “
Beliau tanpa gelisah , bahkan  dengan tentram beliau jemput kesyahidan beliau . Bila kita mengukur kebinasaan dari kekalahan dalam pertempuran, kelemahan dalam perbekalan, atau kekurangan dalam dukungan, maka ucapkanlah salam perpisahan kepada Islam.  Kebinasaan dan keberuntungan tidak terletak pada kematian dan kehidupan , tetapi terletak pada  tujuan yang menyertai keduanya.
Harapan – harapan beliau adalah tegaknya keadilan, runtuhnya kekuasaan yang menyebarkan ideologi “Might is Right“, bahkan memberikan makna agama sesuai dengan kehendak penguasa, kekhalifahan yang dipimpin oleh seorang yang di bai’at dengan dasar keterpaksaan, yang menyebarkan kemaksiatan dan kefasikan .
 Beliau AS sadar, harapan beliau akan  tegaknya agama Allah  adalah bukan suatu harapan yang bisa diperoleh tanpa adanya sebuah penderitaan, pengorbanan harus beliau curahkan untuk itu semua.
Namun beliau mampu menjadikan hal-hal yang menurut orang awam adalah penderitaan menjadi sebuah pengorbanan akan tanggung jawab besar beliau kepada ummat.

3. Mengenai Filsafat
Filsafat adalah berasal dari kata bahasa Arab , yaitu “falsafah“ yang berarti hikmah. Sayyidina Husain AS memutuskan berangkat ke Kuffah dengan perhitungan yang matang serta alasan yang sangat tepat dan cermat.     Abdullah Ibn Abbas dan Muhammad Ibn Hanafiyah, salah satu anggota keluarga beliau AS yang mencegah keberangkatan beliau bukanlah orang kecil. Tetapi logika mereka lebih disandarkan pada kepentingan- kepentingan yang mengarah pada unsur pribadi dan politis . Dari sisi pandang mereka tindakan beliau adalah sangat tidak bijaksana sekali. Memang, logika seorang syuhada seperti beliau ini adalah unik, tak dapat dimengerti oleh orang awam.
Mengenai alasan keberangkatannya adalah demi memperjuangkan sebuah kebenaran  mutlak . Kebenaran yang tidak berlandaskan pada kepentingan beliau semata. Beliau tidak hanya sebatas melawan musuh , dan dalam prosesnya , memberi pukulan pada musuh atau terkena pukulan musuh. Bila itu masalahnya bisa dikatakan darah beliau akan sia-sia. Karena beliau tahu dengan pasti tentang apa yang akan beliau AS alami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar